KAMPUNG BACA EDISI KE-4





“di desa kami punya cerita”
Oleh: Nedi Suryadi


Suasana Kampung Baca edisi ke 4 di Kampung Ranca Lutung Pabuaran

“Biarkan anak cucu kita belajar dibawah pohon, biarkan anak cucu kita menghirup udara segar, biarkan mereka tumbuh dibawah hijaunya daun, jangan biarkan mereka mati dimakan hama kehidupan” (Iwan Fals; Tanam Tanam Siram). 

Lirik lagu ini yang saya ucapkan menjadi untaian doa ketika tiba dilokasi Kampung Baca edisi ke-4 ini. Kampung Ranca Lutung yang terletak di Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang ini hanya berjarak sekitar 2 Km dari lampu merah Palima. Hari Jum’at tanggal 5 Februari 2015 sekitar pukul dua siang tim Kampung Baca melaju tanpa hambatan menuju kampung padat penduduk ini. Disebuah halaman rumah, dibawah pohon mangga kami mulai membuka buku cerita.



Kali ini buku kami mulai bertambah, baru saja beberapa hari yang lalu kami dapat sumbangan majalah Bobo dari rekan kami; Teh Ika, majalah bekas yang berjumlah 120 eksmplar ini cukup membantu kami menawarkan pilihan bacaan terhadap anak anak Kampung Baca. Dengan isi cerita bergambar dan game pintar, menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka.


Mereka punya cara masing masing dalam membaca buku, ada yang duduk berkelompok, sendiri, ada yang sambil tiduran dan ada juga yang memilih membaca diatas pohon. Dengan dialek bahasa Jawa Serang yang khas, ada pula dari mereka yang cuma ngecoprek (ngoceh) bercanda dan tidak mau membaca. Beberapa orang tua mereka juga ikut menyaksikan suasana di Kampung Baca tersebut. 

Kak Cahya sedang mengajak anak anak bermain
Sama seperti pada edisi ke 3, Kak Cahya daan Ulfi Syahrani masih membantu Kampung Baca menjadi tenaga pengajar, tetapi kali ini dibantu juga oleh relawan pendatang baru, ada Ibnu, Karta Jaya dan Ahmad Rosidin. Ketiganya adalah mahasiswa IAIN SMH Banten yang juga ikut mengajari anak anak berhitung dan bermain Game pintar. Kehadiran mereka di Kampung Baca tentu menjadi semangat baru bagi Kampung Baca, semoga kedepan akan bertambah pula relawan yang terlibat di Kampung Baca.
Ibnu dan Karta Jaya saat mengajari berhitung dan game pintar


Dalam perjalanan pulang, ada harapan bahwa kelak Kampung Baca akan mampu memberi sesuatu yang berharga. Kami sadar betul, pendidikan formal yang mereka terima jauh lebih berharga dari pada se kardus buku yang kami bawa. Fasilitas yang diberikan pemerintah kepada mereka mungkin justru lebih mapan. Kampung Baca hanya ingin memeberi setetes warna terhadap dunia pendidikan dan hubungan sosial masyarakat layaknya antar manusia.  

"Kemiskinan tidak bisa dihapuskan, tapi kemiskinan ingin mengajarkan kepedulian". Jangan lupa sarapan !



Previous
Next Post »
Thanks for your comment
close
WakwaW